Sebagai orang Indonesia yang setiap hari melihat matahari begitu teriknya, tentu saya juga girang ketika berkesempatan melihat salju dari dekat. Saya sempat menjerit tertahan (karena takut kedengaran orang lain), saat melihat hamparan salju di sepanjang rel kereta yang saya lintasi dari Bern ke Interlaken, Swiss. Mulut saya melongo, takjub menyaksikan pemandangan serba putih di luar kaca jendela kereta. Pemandangan yang selama ini hanya bisa dinikmati lewat film, kini nyata di depan mata.
Saat itu di penghujung bulan Desember, ketika saya mengunjungi Interlaken. Dari kamar hotel, terlihat salju berserakan di halaman belakang. Setelah menaruh ransel, saya bergegas keluar kamar untuk mendekatinya, lalu perlahan berjalan di atasnya dengan takut-takut. Takut terpeleset. Dan begitu kaki saya sudah menapak dengan stabil, saya pun mondar-mandir kegirangan. Sesekali berhenti untuk memotret aksi si kaki yang norak ini.
Tak puas berjalan di pelataran bersalju, saya pun mencari salju lain di kawasan pedesaan di sekitar Interlaken. Tujuan saya ke Beatenberg, desa kecil di lereng bukit dengan view puncak pegunungan Eiger, Monch, dan Jungfrau yang berjarak sekitar 10km dari Interlaken. Hanya sekitar 15 menit naik bus dari halte di depan Interlaken West Station.
Bus bergerak perlahan menyusur jalanan yang menanjak dan berkelok. Sepanjang jalan, pemandangan putih terlihat sejauh mata memandang, kontras dengan warna biru langit. Hari itu kebetulan cuaca cerah. Matahari bersinar terang, membirukan langit tanpa awan. Suhu udara 6 derajat jadi tak begitu terasa dingin.
Di halte terakhir, saya turun. Kemudian menyusur kembali jalur yang dilewati bus tadi dengan berjalan kaki, agar bisa lebih puas menikmati timbunan salju yang menutup kawasan pedesaan ini. Atap-atap rumah kayu tertutup salju, bahkan ada beberapa mobil yang diparkir di halaman rumah pun berselimut salju tebal. Saya ternganga menyaksikannya, gumun.
Lalu saya dekati mobil yang diparkir di halaman tepi jalan itu. Saljunya tebal juga, sepertinya lebih dari 10cm. Sementara itu di sekitar roda mobil, juga penuh dengan timbunan salju. Berapa hari mobil ini akan teronggok kedinginan di sini ya? Jangan-jangan olinya juga ikutan membeku di dalam mesin.
Rumah-rumah terlihat tertutup rapat, mungkin penghuninya sedang meringkuk di dalam kamar memeluk heater. Jalanan tampak lengang, tak banyak kendaraan melintas. Saya hanya berpapasan dengan beberapa orang menuju stasiun kereta gantung Beatenberg. Mereka membawa perlengkapan winter sport, seperti papan ski. Yang anak-anak tampak riang menggeret snow boarding-nya.
Begitulah, orang Eropa menikmati winter dengan papan ski, meluncur dari puncak lereng-lereng pegunungan bersalju. Sementara saya, orang Asia, sudah cukup bahagia bisa menginjak salju di halaman rumah.