Banyak Gincu di Nisanmu

20121231-20130102_paris_IMG_1000_DxO_1024_683

Sebuah makam yang terletak di divisi 20 kuburan Montparnasse, Paris, membuat langkah saya terhenti diiringi mata terbelalak dan mulut melongo. Takjub. Nisan berukuran persegi yang memuat dua nama beken Jean Paul Sartre dan Simone de Beauvoir itu dipenuhi kecupan bibir bergincu! Baru kali ini saya melihat batu nisan penuh gincu. Pasangan yang dikubur dalam satu nisan itu bukanlah sejoli abege. Saat mereka meninggal, usianya pun tak lagi muda. Sudah seusia kakek dan nenek, lebih dari 70 tahun.

Jadi, mengapa orang gemar memberikan kecupan pada batu nisannya sampai klomoh begitu? Dalam diam keterpakuan, berbagai pertanyaan dan kegumunan masih memenuhi kepala saya.

Lalu saya duduk di bangku kosong yang kebetulan berada dekat makam. Sartre dan Simone adalah filsuf besar Perancis. Siapapun yang mempelajari ilmu sosial dan humaniora, bisa dipastikan pernah membaca karyanya. Minimal membaca salah satu artikelnya, jika nggak sempat baca bukunya. Sartre adalah filsuf yang dikenal dengan pemikiran eksistensialisme, sementara Simone, seorang filsuf feminis.

20121231-20130102_paris_IMG_1001_DxO_633_1024

Terus terang ya, tujuan saya ke Montparnasse Cemetery ini juga untuk mengunjungi makam Sartre. Rasanya nggak afdol, sudah beberapa kali ke Paris, sudah pula ke kompleks pemakaman terbesar Pere Lachais, masak nggak ziarah ke makam Sartre. Di akhir bulan Desember  yang dingin, akhirnya kesampaian juga niatan saya. Mengunjungi makam seorang filsuf yang namanya beberapa kali saya kutip dalam paper kuliah.

Sepanjang saya duduk terpaku di bangku dekat makam Sartre, beberapa turis singgah silih berganti. Sebagian besar turis perempuan. Beberapa ada yang berfoto ria. Saya mau juga ah. Lalu saya pun meminta tolong salah satu dari mereka untuk mengabadikan momen ziarah ini. Cukuplah berfoto, karena saya nggak pernah pake lipstick, jadi nggak bisa ikut-ikutan mencium nisan sampe klomoh.

Di blok lain, saya menemukan makam Serge Gainsbourg, musisi Perancis, yang juga dipenuhi gincu. Karcis kereta Metro bertabur di atas pusaranya. Barangkali memang seperti itulah orang Perancis mengekspresikan kekaguman mereka. Tak cukup hanya bunga, tapi juga ciuman dan bahkan tiket kereta Metro pun layak dipersembahkan sebagai tanda sudah menziarahi makam idolanya.

20121231-20130102_paris_IMG_1039_DxO_1024_575

Rupanya, kecupakan di nisan Sartre dan Simone belumlah seberapa. Di kompleks pemakaman Pere Lachaise, nisan Oscar Wilde, sastrawan asal Irlandia, ternyata jauh lebih klomoh karena dipenuhi gincu yang berasal dari ribuan bibir para pemujanya. Sudah puluhan kali gincu-gincu dibersihkan, tetap saja para pemujanya yang datang berlomba meninggalkan jejak gincu.

oscar wilde 4
Nisan Oscar Wilde 

Pada tahun 2001 pihak keluarga harus memasang dinding kaca setinggi 2 meter di sekeliling nisan agar pengunjung tidak melakukan vandalisme bibir. Harapannya, tak ada lagi yang menciumi nisan monumen Oscar Wilde. Nyatanya  tetap saja bagian atas yang tak tertutup dinding kaca menjadi sasaran ciuman dan gincu. Entah bagaiman mereka memanjat sehingga bisa meninggalkan jejak gincu.

PLEASE RESPECT FOR THIS MEMORIAL. OUT OF RESPECT FOR THIS GRAVE, PLEASE DO NOT SULLY BY ANY MARK. THE CLEANING FEES ARE EXCLUSIVELY PAID BY THE FAMILY.

oscar wilde 1

Papan kecil berisi woro-woro peringatan yang diletakkan di bawah nisan monumen Oscar Wilde itu membuat saya tersayat. Bisa saya bayangkan bagaimana keluarga Oscar Wilde begitu kerepotan membersihkan sampah gincu ini. Gincu-gincu ini sudah menjadi masalah serius karena pewarna gincu bisa masuk ke dalam pori-pori batu monumen. Setiap kali dilakukan pembersihan dengan cara menyikat, sedikit banyak juga akan mengikis tekstur dan pahatan batu monumen.

“A kiss may ruin the human life,” begitu Oscar Wilde pernah menuliskan dalam naskah drama A Woman of No Importance. Hhmm, akankah ciuman bergincu bisa menghancurkan nisam monumennya?  Semoga tidak. 

Ekspresi kekaguman kadang-kadang jadi mirip vandalisme karena terlalu berlebihan ya.

Kuburan Jim Morrison, personel group musik The Doors, di Pere Lachais Cemetery, Paris termasuk yang menjadi korban vandalisme. Botol-botol minuman keras berjejer di pusaranya. Nisannya penuh grafiti, begitu juga dengan nisan-nisan di sekitarnya. Patung karya Madlen Mikulin yang diletakkan di atas pusara tak luput dari vandalisme. Wajahnya dipadati coretan tangan, rambut gondrongnya disemprot dengan cat warna. Berganti-ganti warna, hitam, biru, hijau. Bahkan, patung Morrison yang dipasang pada tahun 1981 ini sempet hilang dicolong orang pada tahun 1988. Sekitar tahun 1990an, nisan Jim Morrison dipugar oleh keluarganya. Ayahnya meletakkan batu persegi di atas pusaranya.

jim morrison
Makam Jim Morrison sebelum dipugar (foto: mathay.wordpress.com)

20140429-20140501_paris_P1150290_DxO_576_1024

 

 

Saat ini kuburan Jim Morrison sudah dikelilingi pagar. Pengunjung yang berziarah tak bisa lagi menyentuh makam, apalagi menggoreskan tulisan dengan spidol. Terakhir kali saya berkunjung ke makam Morrison pada bulan Juni 2015, sudah terdapat sejumlah gembok cinta terpasang di pagar besi yang mengelilinginya. Sementara sebatang pohon yang berada di dekat makam, dipenuhi permen karet dan beberapa coretan. Pohon tak berdosa itu seolah menjadi tempat pelampiasan para fans Morrison.

20140429-20140501_paris_P1150291_DxO_576_1024

One thought on “Banyak Gincu di Nisanmu

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s