Gembok cinta Paris kini tinggal kenangan. Kenangan manis bagi para turis dan kenangan buruk bagi pemerintah kota Paris. Awal Juni 2015 lalu, secara resmi pemerintah kota Paris mengangkut jutaan gembok seberat 45 ton dari “jembatan cinta” Pont des Arts. Gembok cinta yang dipasang di jembatan tersebut dianggap membahayakan dan merusak bangunan heritage.
Pont des Arts adalah jembatan besi pertama yang dibangun di Paris pada masa kekuasaan Napoleon I antara tahun 1802 hingga 1804. Jembatan pedestrian di atas sungai Seine yang menghubungkan Palais du Louvre dengan Institute de France ini sejak tahun 1975 sudah ditetapkan sebagai salah satu monumen nasional yang bersejarah. Sementara itu UNESCO juga sudah menetapkan kawasan riverfront Paris yang membentang dari Menara Eiffel hingga Ile Saint Louis sebagai Situs Warisan Dunia. Dengan kata lain, Pont des Arts juga merupakan warisan budaya yang harus dilindungi.
Kegelisahan pemerintah Paris akan gembok-gembok yang dipasang turis dan sejoli ini sudah muncul sejak lima tahun lalu. Saat itu gembok cinta mulai terlihat dipasang di Pont de l’Archevêché (Archbishop’s Bridge) dan Pont des Arts. Memang jumlahnya masih sedikit, masih jarang-jarang. bahkan juga masih belum ada pedagang kaki lima yang menjual gembok seharga Eur 5 di jembatan itu.


Saya pernah berfoto narsis di Pont des Arts pada bulan Mei 2010. Saat itu lagi strolling, jalan kaki menjelajah kawasan pinggir Sungai Seine. Dari Museum Louvre saya menyeberangi Pont des Arts, lalu duduk-duduk di atas jembatan karena tersedia bangku-bangku. Sempat juga berfoto narsis menggunakan mini tripod, berlatas kubah Institute de France yang indah. Lihatlah, sisi kanan kiri jembatan masih sepi dari gembok cinta.
Dua tahun kemudian, saya kembali mampir ke Pont des Arts. Saya baru ngeh jika Pont des Arts mendapat julukan jembatan cinta dari para wisatawan, termasuk turis Indonesia. Rupanya badan jembatan Pont des Arts sudah penuh dengan gombok cinta.


Fenomena gembok cinta bukan hanya ada di Paris, namun juga tersebar di kota-kota lain di Eropa, Amerika, juga Asia. Situs http://www.10mosttoday.com pernah membuat peringakat 10 lokasi gembok cinta yang spektakuler di penjuru dunia, yaitu Pont des Arts, Paris; Hohenzollern Bridge; Cologne; N Seoul Tower, Seoul; Vodootvodny Canal, Moscow; Mount Huang, China; Most Ljubavi, Vrnjačka Banja, Serbia; Malá Strana district, Prague; Ponte Milvio Bridge, Rome; Butchers’ Bridge, Ljubljana, Slovenia; Brooklyn Bridge, NYC, New York.

Konon, tren memasang gembok di jembatan kemudian membuang anak kuncinya ke sungai supaya si gembok tak bisa dibuka lagi yang melambangkan kebadian cinta, bermula dari sebuah novel yang kemudian diangkat ke layar lebar. Novel Itali terbitan tahun 2008 itu berjudul Ho Voglia di Te (I Want You) ditulis oleh novelis dan film maker Federico Moccia. Dalam novel tersebut diceritakan si tokoh memasang gembok cinta di Ponte Milvio Roma dan membuang anak kuncinya ke Sungai Tiber.
Sehari sebelum novelnya terbit, Moccia memasang gembok di jembatan tersebut untuk memberi kejutan bagi pembaca yang ingin membuktikan apakah gembok cinta benar-benar terpasang di Ponte Milvio (Milvio Bridge). Tiga minggu kemudian, Moccia terkejut luar biasa karena sudah ada 300-an gembok cinta di jembatan Milvio. Jumlah yang terus bertambah tanpa bisa dihentikan. Ia sama sekali tak menduga bahwa gembok cinta yang dipasangnya diikuti oleh sejoli lain. Bisa jadi mereka pembaca buku Moccia, namun bisa juga sejoli lain yang melihat tren baru lalu ikutan.
Keberadaan gembok cinta yang merusak situs warisan budaya memang meresahkan. Gerakan anti gembok cinta juga terus digaungkan, bukan hanya oleh warga setempat, tapi juga oleh mereka yang peduli. Di Paris, gerakan anti gembok cinta gencar dilakukan oleh dua warga negara Amerika belum lama menetap di sana. Mereka berkampanye lewat website http://www.nolovelocks.com sejak Januari 2014. Free Your Love, Save Our Bridges, demikian tagline yang diunggahnya.
Bagaimana dengan gembok cinta yang membebani jembatan di kota-kota Eropa maupun negara lain? Beban berat puluhan ton lama-lama bisa membuat jembatan roboh, seperti yang sempat dialami Pont des Arts beberapa waktu sebelum akhirnya dibongkar.

Saya jadi ngeri membayangkan hal serupa terjadi di jembatan Hohenzollern, Cologne, Jerman. Inilah gembok cinta terpanjang yang pernah saya temukan di Eropa. Jembatan Hohenzollern membentang lebih dari 400 meter di atas Sungai Rhein atau hampir 3 kali panjangnya dari jembatan Pont des Arts di Paris. Jembatan yang dibangun oleh perusahaan kereta api Jerman, Deutsch Bahn, itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai rel kereta dan pedestrian. Jutaan gembok cinta terpasang di jembatan pedestrian yang bersisian dengan rel kereta.
Pihak Deutch Bahn kabarnya juga pernah mengancam akan melepaskan gembok-gembok cinta tersebut. Tapi rencana itu diurungkan karena menimbulkan protes dari publik. Situs resmi pariwisata Cologne (www.cologne.de) bahkan juga mencamtumkan gembok cinta di jembatan Hohenzollern sebagai salah satu destinasi wisata. Sementara itu sejumlah toko khusus yang menjual gembok cinta dengan berbagai model dan tulisan sesuai pesanan juga tersebar di kawasan Old Town, Cologne. Nah lo, ujung-ujungnya duit juga nih.
Pemerintah kota Paris butuh waktu lebih dari lima tahun hingga kemudian memutuskan dengan tegas membongkar jembatan cinta yang dianggap merusak situs warisan budaya. Meski gembok cinta tersebut cukup populer dan mendatangkan turis kasmaran. Paris tak perlu takut kehilangan turis karena masih banyak atraksi wisata lainnya. Bahkan, tanpa gembok pun, Paris masih dikenang sebagai kota romantis.
Berbeda dengan Cologne, kota kecil di wilayah Jerman bagian Barat. Satu-satunya andalan wisata kota di tepi Sungai Rhein ini adalah Kolner Dom atau Katedral Koln. Saya sendiri, kalau bikin trip dengan rute Cologne, paling-paling hanya mencantumkan tiga destinasi utama yaitu Katedral Koln, gembok cinta di jembatan Hohenzollern, dan museum parfum 4711 yang legendaris. Selebihnya ya strolling atau jalan-jalan di kawasan Old Town, tak jauh dari katedral dan jembatan.
Sebagai turis, barangkali yang bisa kita lakukan saat ini adalah tidak memasang gembok di jembatan. Kalau sudah terlanjur, apa boleh buat. Tak perlu ditambah lagi.