Menginap di B&B

From: London Guest House

Subject : Belongings left in hotel

Dear Suluh Pratitasari,

Thank you for staying with us for your recent visit to London.

In room 203 someone has left a leopard print handbag. What should I do with the bag? Would you like me to post it back to you at your expense?

I await your instructions

Kind regards,

Monish

Membaca email yang dikirim pihak hotel itu, saya jadi terharu. Handbag itu milik teman sekamar yang sengaja ditinggal karena kopernya sudah kepenuhan. Eh rupanya masih ada housekeeping yang menyimpan barang-barang yang tertinggal di kamar. Lalu ketika sudah beberapa hari tak ada yang menanyakan, pihak hotel lantas menghubungi email pelanggannya.

Seketika saya jadi teringat nasib lambwool sweater saya yang tertinggal di sebuah hotel berbintang di London, hotel yang jaringannya ada di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Saya baru menyadari sweater itu tertinggal di London setelah tiba di Edinburgh, Skotlandia. Musim dingin bersalju di Skotlandia, membuat saya perlu menambah lapisan baju lagi. Dan betapa berdukanya saya ketika menyadari bahwa lambwool andalan dari Banana Republic ternyata tak ada di koper. Duh, rasanya langsung gelooo banget.

Lalu sekarang, tiba-tiba saya menerima email pemberitahuan dari hotel beberapa hari setelah kami check out dan sudah tiba di Tanah Air. Terus terang, baru kali ini saya menerima email seperti ini. Pantaslah ia mendapat review 8.1 atau Very Good dari situs reservasi Booking.Com. Dua jempol layak saya acungkan untuk managemen London Guest House.

London Guest House adalah akomodasi jenis Bed and Breakfast (B&B) berbintang tiga yang dikelola keluarga. Saya memilih menginap di sini selain karena review-nya yang sangat bagus, juga karena lokasinya di London Barat memudahkan akses ke Notting Hill, Holland Park, Marble Arch, maupun ke Westminster. Saat itu kami juga punya agenda jalan-jalan ke Oxford City. Jadi bisa naik turun di halte Notting Hill atau Holland Park yang dilewati jalur bisa London – Oxford.

london-bb
London Guest House B&B (Foto: Booking.Com)

Seperti umumnya penginapan B&B, London Guest House tak banyak memiliki kamar, hanya ada 16 kamar. Meski begitu, jenis kamarnya komplit. Ada kamar single, double, triple, quadruple, dan family room untuk 5 orang. Cocok buat rombongan dalam jumlah kecil. Dan yang lebih penting, kamarnya bersih dan kasurnya comfy, layaknya hotel berbintang yang menempati gedung sekian lantai.

Kalaupun ada kekurangan dari B&B ini karena nggak ada elevator atau lift. Ya iyalah, namanya juga rumah hunian yang dipermak menjadi guest house, bisa dipastikan nggak ada lift. Walaupun bagi bule naik tangga dua tiga lantai rumah merupakan hal yang biasa, tapi bagi turis Indonesia kadang bisa bermasalah karena bawaan kopernya jumbo-jumbo.

Meskipun harus sedikit perjuangan mengangkat koper ke kamar yang di lantai dua atau tiga (biasanya guest house maksimal hanya 3 lantai kok), saya sih selalu kangen menginap di guest house atau B&B seperti ini. Alasan paling utama, karena B&B memberikan kedekatan personal yang tidak akan saya rasakan jika menginap di hotel biasa.

Saya juga pernah merasakan kebaikan pemilik Lakeview Guest House, B&B yang saya inapi semalam di Stranraer, Skotlandia. Stranraer adalah kota kecil berjarak sekitar 5 mil dari pelabuhan ferry Cairnryan, yang menghubungkan Skotlandia dengan Irlandia Utara. Saat itu saya habis menyeberang dengan ferry dari Belfast Iralndia ke Skotlandia. Karena pengin blusukan dulu di pelosok Skotlandia, maka saya sengaja bermalam di sini.

Lakeview Guest House saya pesan lewat reservasi Booking.Com. Seperti yang tersirat dalam namanya, B&B ini berlokasi di jalan raya yang menghadap ke laut. Oh ya, ada danau juga, Loch Ryan. Pemandangan yang begitu menyegarkan mata terbentang persis di depan guest house. Belum-belum saya sudah sok romantis, membayangkan duduk-duduk di tepi danau. Saya langsung tergoda untuk memesannya. Apalagi B&B ini juga mendapat score 9.6, Exceptional. Sangat layak untuk dicoba.

lakeview
Single Bed di Lakeview Guest House (Foto: Booking.Com)

Score tersebut beneran kok. Nggak ada yang mengecewakan dari B&B ini. Semuanya jempol. Kamarnya cantik, english breakfast-nya enak, dan pemandangan di seberang jalan juga menyejukkan.

Tapi ada satu hal yang membuat saya sedikit gelisah sejak tiba di kota kecil ini. Saya sama sekali belum ketemu bis kota atau transportasi umum lainnya. Kebetulan pula, saat di pelabuhan ferry sayapun sempat kebingungan gimana mencari taksi. “There is no taxi stand,” kata petugas di pelataran pelabuhan yang saya tanyai di mana tempat menunggu taksi, kok dari tadi nggak ada taksi mangkal di pelabuhan ini. “If you need taxi, you have to call,” lalu ia menuliskan sejumlah angka. Nomer telpon taksi.

Lalu setiba di hotel, setelah seharian jalan kaki blusukan di kota kecil Stranraen, saya nggak juga bertemu bus kota. Sementara stasiun berjarak lumayan buat menggeret koper. Mungkin 10-15 menit. Tapi pagi itu saya sungguh malas, penginnya naik bus kota atau taksi aja ke stasiun.

Selepas sarapan saya meminta bantuan Elaine, nyonya rumah pemilik B&B, untuk memesan taksi ke stasiun. Bukannya ditelponin, Elaine malah mengantar saya ke stasiun dengan mobilnya. Sudah pasti saya girang. Bukan semata karena saya nggak perlu mengeluarkan ongkos taksi, tapi entah kenapa saya merasa seakan lagi berlibur di rumah tante, di sebuah kota kecil di Skotlandia. Dan “tante” saya yang baik ini, bahkan membantu menurunkan koper dari bagasi mobil. Saya merasa sungguh terhormat.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s